Rabu, 05 Juli 2017

Makerspace Library

Model Perpustakaan Makerspace menjadi salah satu solusi perkembangan perpustakaan dan teknologi informasi saat ini. Hal ini merupakan penawaran dan peluang yang bagus melihat perkembangan perpustakaan khususnya di Indonesia yang selama ini perlahan-lahan namun pasti mengikuti trend di negara-negara maju. So ......................... Perpustakaan harus berkembang, Pustakawan harus Semangat!!! dan slalu meningkatkan kompetensinya :p

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=DbY_grImwTo

Galauuuuuuu atau Baper: Tech Trends for Libraries in 2017

Galauuuuuuu atau Baper............ mungkin kata-kata gaul ini cocok dipakai dengan kondisi perpustakaan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Trus apa ya yang harus kita lakukan ke depan ????

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=S2vaVeyg8Dc

Tech Trends for Libraries in 2016

Halloooo .... kita ketemu lagi, Postingan kali ini aku ingin mengajak kalian untuk refreshing melihat isu-isu perkembangan teknologi perpustakaan di luar negeri. Dengan melihat perkembangan yang ada semoga dapat membuka wawasan dan memotivasi kita untuk terus berkarya :p

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=hJ4TffY6lYA&t=35s

Senin, 03 Juli 2017

Promosi ke 3: Perkembangan Perpustakaan Tahun 2016

Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta telah melakukan berbagai langkah strategik baik dalam menata manajemen perpustakaan maupun dalam merancang dan melaksanakan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan bagi pemustaka. Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan disetiap bagian serta evaluasi maupun perbaikkan standard operating system menjadi target utama program kerja perpustakaan sehingga menciptakan pelayanan yang efektif & efisien.

Pada program kerja tahun 2016 difokuskan untuk:

1. Mengelola koleksi digital menggunakan software Eprints

2. Pelatihan akreditasi perpustakaan. Mempersiapkan berkas-berkas untuk akreditasi prodi dan ke depan untuk akreditasi perpustakaan.

3. Adanya kelas literasi informasi yang diampu oleh pustakawan sendiri

4. Stock opname seluruh buku cetak dan penyiangan

5. Pengembangan bagian pengolahan yakni terwujud alat seleksi dan buku pedoman pengembangan koleksi

6. Promosi: Mahasiswa baru secara otomatis menjadi anggota perpustakaan dan bagi mahasiswa angkatan lama pendaftaran gratis, pembuatan website perpustakaan, cetak alat promosi, penyebaran brosur di pengenalan program studi, seminar penulisan buku, pameran buku, lomba literasi informasi, penghargaan pengunjung perpustakaan

7. Pengembangan kerja sama: disetujuinya permohonan oleh Keprodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang mahasiswa PPL. Sehingga pada tanggal 3 September – 2 Desember 2016 terdapat 3 orang mahasiswa PPL yang membantu unit perpustakaan.

Dan yang paling saya syukuri di tahun 2016 adalah mendapat beberapa prestasi diantaranya Juara 3 Lomba penulisan ilmiah dalam rangka HUT Perpustakaan UGM ke 65, Juara 3 lomba pustakawan berprestasi tingkat Kopertis Wilayah V DIY oleh Kemeristekdikti, dan terbaik 3 Pustakawan berprestasi tingkat FPPTI ... Alhamdulillahhh

Promosi ke 2: Perkembangan Perpustakaan Tahun 2015

Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta berdasarkan struktur organisasi institusi dibawah tanggungjawab Wakil Ketua bidang akademik (Waket I) dan Ka. BAA. Program kerja perpustakaan tahun 2015 difokuskan pada layanan, koleksi, dan promosi. Adapun kegiatan tersebut antara lain: pendaftaran keanggotaan gratis pada bulan Juli – Oktober 2015, pengembangan pada sub. unit pengolahan dengan penambahan kegiatan pengembangan koleksi, promosi dengan mencetak dan menyebarkan brosur saat pengenalan program studi mahasiswa baru dan mencetak X-banner, mengadakan pameran buku bekerja sama dengan penerbit, menyebarkan alamat web (username serta password) untuk mengakses e-journal yang dilanggan dikti (Proquest, Ebsco, dan Gale), menjalin kerja sama baru dengan perguruan tinggi di DIY, mendukung akreditasi prodi, dan penambahan sistem informasi perpustakaan untuk institutional repository menggunakan Eprints. Namun karena ada beberapa kendala SIM ini belum dapat digunakan secara maksimal. Koleksi perpustakaan tahun 2015 antara lain buku, buku referensi, jurnal, majalah, proceeding, karya ilmiah civitas akademika baik cetak maupun elektronik (KTI, Skripsi, Tesis, dan Disertasi), e-book, ejournal, dan video pembelajaran. Sedangkan koleksi elektronik belum diolah secara maksimal karena baru diberi nomor urut inventaris saja. selain itu banyak fasilitas yang ditambahkan diantaranya komputer touchscreen untuk OPAC, ruang khusus karya ilmiah, dan ruang diskusi. Stock opname tahun 2015 ini dikhususkan untuk koleksi tandon (C1) dan karya ilmiah sivitas akademika. Layanan yang diberikan antara lain layanan sirkulasi, referensi, karya ilmiah, dan terbitan berkala.

Promosi Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta: Sejarah

Hi5 .... Halllooooooo friends jumpa lagi denganku kali ini aku ingin bercerita tentang profesiku sebagai seorang Pustakawan dan perkembangan Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta. Menjadi pustakawan bukanlah cita-citaku namun seperti pepatah Jawa mengatakan “tresno jalaran ning kulino” maka semakin lama aku semakin cinta dengan profesi ini. Blog kali ini aku buat untuk diary pengabdianku terhadap profesiku. Aku bekerja di Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta sejak 5 November 2007 dan tahun 2015 aku diberikan amanah sebagai Kepala Perpustakaan pertama disana. Yukkkkkkkkk .... lanjut.....

HISTORY (2006 – 2014)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta disingkat Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta berdiri pada tanggal 15 Juni 2006 yang beralamat di Jl. Kapten Hariyadi, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581. Bersamaan dengan itu berdiri pula Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta. Satu tahun kemudian dengan telah selesainya pembangunan kampus baru maka kampus Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta pindah ke alamat Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta dan perpustakaan berada di Lantai 2.

Perpustakaan Stikes Jenderal A.Yani Yogyakarta sebagai salah satu sarana penunjang yang berfungsi memberikan layanan informasi kepada civitas akademika dalam upaya mendukung visi misi Stikes Jenderal A.Yani Yogyakarta menjadi lembaga pendidikan yang unggul dan terdepan dalam penyelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi di bidang kesehatan yang profesional, mampu bersaing di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Pada awal berdiri Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta memiliki 2 (dua) program studi yang yaitu S1 Ilmu Keperawatan (PSIK) dan D3 Kebidanan. Pada perkembangannya saat ini program studi bertambah 4 yaitu Program Profesi Ners, S1 Farmasi, D3 Infomasi Kesehatan dan Rekam Medis, seta D3 Teknologi Bank Darah.

Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta saat itu memiliki dua (2) orang petugas (pustakawan) yang memiliki gelar ahli madya manajemen informasi dan perpustakaan. Tahun 2015 pustakawan bertambah 1 orang sehingga total ada 3 orang pustakawan sampai dengan saat ini. Sistem layanan perpustakaan bersifat terbuka. Koleksi yang ada berupa koleksi buku teks, referensi, karya ilmiah (KTI dan Skripsi), majalah, jurnal, CD/ Kaset. Fasilitas yang diberikan guna menunjang kenyamanan pemustaka antara lain komputer dan internet gratis, meja baca (meja diskusi, meja baca bersekat, dan meja baca lesehan), dan ruangan ber AC. Pada tahun 2006 - 2007 sistem informasi perpustakaan menggunakan software SIMPUS yang berasal dari pembelian pihak kedua/vendor. Namun mulai tahun 2008 sistem informasi perpustakaan diganti dengan software SLiMS versi Meranti (gratis) sampai dengan saat ini sesuai perkembangan dari software SLiMS yakni versi akasia. Berdasarkan laporan tahunan perpustakaan, Kegiatan yang dilakukan perpustakaan hanya rutinitas sehari-hari yakni layanan dan pengolahan. Namun tahun 2012 mulai diadakan pelatihan-pelatihan bagi pemustaka dengan mengundang narasumber dari luar misalnya literasi informasi dengan narasumber dari BPAD DIY dan FPPTI DIY. Adapun visi dan misi Perpustakaan Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta,:

VISI: Sebagai unit penunjang dalam penyediaan informasi yang dapat diakses melalui pelayanan yang profesional dengan cepat, tepat, dan efisien untuk mewujudkan visi dan misi Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta

MISI :

1. Sebagai penyedia informasi baik cetak maupun elektronik bagi civitas akademika Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta

2. Unit penunjang proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Selasa, 25 Mei 2010

Cara Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Jiwa

Meski bukan penyebab utama kematian, menurut Dr. Vijay Chandra, Health and Behaviour Advisor dari WHO Wilayah Asia Tenggara (WHO-SEARO), gangguan jiwa merupakan penyebab utama disabilitas (ketidakmampuan, cacat) pada kelompok usia paling produktif yakni antara 15-44 tahun. Apa saja yang perlu dilakukan dan cara mencegah serta mengobati gangguan jiwa?
Keluarga mana pun tak tega sanak saudaranya menderita gangguan jiwa. Di mana dampak sosialnya sangat serius berupa penolakan, pengucilan dan diskriminasi. Begitu pula dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah bagi penderita maupun keluarga yang harus merawat serta tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu, memerlukan penanganan sedini mungkin agar gejala-gejala yang ditimbulkan tidak berkembang menjadi gangguan jiwa yang kronis.
Penderita gangguan jiwa, baik skizofrenia maupun psikosis sebenarnya masih dapat ditolong. Syaratnya pengobatannya baik dan tidak terlambat. Kalau syarat itu dipenuhi 25 persen penderita skizofrenia bisa disembuhkan. Memang bukan berarti sembuh total, karena kepekaan untuk terganggu lagi pada penderita skizofrenia lebih besar daripada orang normal. Tetapi, gangguan psikosis yang disebabkan oleh kelainan anatomi otak sembuh total karena sebagian besar bersifat sementara.
Gejala-gejala awal orang yang menderita psikosis sangat banyak wujudnya tak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa perasaan curiga, depresi, cemas, suasana perasaan yang mudah berubah, tegang, cepat tersinggung, atau marah tanpa alasan yang jelas.
Bisa juga gangguan kognitif seperti timbul pikiran aneh, merasa mengambang, sulit konsentrasi atau menurunnya daya ingat. Gangguan pola tidur, perubahan nafsu makan, keluhan badan yang tidak jelas dasarnya, kehilangan tenaga atau dorongan kehendak antara lain gejala-gejala yang perlu diwaspadai.
Bila gejala itu sudah diidentifikasi, menurut Prof. Sasanto, salah satu titik penting untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk menerima kenyataan. Mereka juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang macam-macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.

Psikofarmaka
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.

Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.

Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.

Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat. (litbang)

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k3.htm

Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Sumber : http://netsains.com/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/

http://episentrum.com/artikel/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/#more-190

Senin, 24 Mei 2010

Retardasi Mental

DEFINISI
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.

PENYEBAB
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui. Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
- Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
- Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
- Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
- Rubella kongenitalis
- Meningitis
- Infeksi sitomegalovirus bawaan
- Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis
- Listeriosis
- Infeksi HIV
3. Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
- Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi)
- Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
- Fenilketonuria
- Sindroma Hunter
- Sindroma Hurler
- Sindroma Sanfilippo
- Leukodistrofi metakromatik
- Adrenoleukodistrofi
- Sindroma Lesch-Nyhan
- Sindroma Rett
- Sklerosis tuberosa
5. Metabolik
- Sindroma Reye
- Dehidrasi hipernatremik
- Hipotiroid kongenital
- Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
6. Keracunan
- Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
- Keracunan metilmerkuri
- Keracunan timah hitam
7. Gizi
- Kwashiorkor
- Marasmus
- Malnutrisi
8. Lingkungan
- Kemiskinan
- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi.
DIAGNOSA
Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).

PENGOBATAN
Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.
Pendekatan perilaku sangat penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM.

PENCEGAHAN
Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak RM mengenai penyebab terjadinya RM. Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella (campak Jerman) sebagai salah satu penyebab RM.
Amniosentesis dan contoh vili korion merupakan pemeriksaan diagnostik yang dapat menemukan sejumlah kelainan, termasuk kelainan genetik dan korda spinalis atau kelainan otak pada janin.
Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita sindroma Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak.
Untuk mendeteksi sindroma Down dan spina bifida juga bisa dilakukan pengukuran kadar alfa-protein serum. Diagnosis RM yang ditegakkan sebelum bayi lahir, akan memberikan pilihan aborsi atau keluarga berencana kepada orang tua.
Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya RM:
• Genetik
Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik untuk keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian RM yang penyebabnya adalah faktor genetik.
• Sosial
Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian RM ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.
• Keracunan
Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun lainnya akan mengurangi RM akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka kejadian RM.
• Infeksi
Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM. Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi RM akibat toksoplasmosis.

http://medicastore.com/penyakit/927/Keterbelakangan_Mental.html

Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
contoh : Sering BAK (Buang Air Kecil) saat nervous menghadapi ujian

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau-mental-disorder.html

Gangguan Mental Organik

Definisi

Adalah gangguan mental yg mempunyai dasar organik yg patologis yg dapat diidentifikasi misal tumor otak, penyakit serebrovaskular, intoksikasi obat2an. Ada 3 kelompok gangguan ini yg gejala utamanya adalah gangguan kognitif berupa gangguan daya ingat, gangguan berbahasa dan gangguan perhatian yaitu:

* Delirium
* Dimensia
* gangguan Amnestik

A. Delirium

Gangguan utama: Gangguan kesadaran,gangguan kognitif.
Gangguan mental: gangguan mood, gangguan persepsi, gangguan perilaku.
Gangguan neurologis: tremor, nistagmus, inkoordi-nasi, inkontinentia urine.
Onset mendadak: beberapa jam – hari.

Perjalanan penyakit singkat dan berfluktuasi.
Perbaikan cepat, bila penyebab teridentifi-kasi dan dihilangkan.
Faktor predisposisi: usila, anak2, cedera otak yg telah ada sebelumnya, ketergantungan alkohol, kanker

Gambaran klinis: penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dgn penu-runan kemampuan unt memusatkan, mem-pertahankan atau mengalihkan perhatian yg berfluktuasi.

Gangguan awal: kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi, mimpi yg menakutkan pada malam hari dan gelisah
Gangguan penyerta: gangguan tidur-bangun, sering mengantuk pada siang hari, tidur terputus-putus dan singkat disertai mimpi yg menakutkan

Terapi simptomatik, antipsikotik.
Prognosis: reversibel..

B. Dimensia

Suatu sindroma yg ditandai dgn berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Fungsi kognitif yg terganggu: inteligensia umum, belajar, ingatan, bahasa, memecah-kan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial

Gangguan dapat progresif, statis, permanen dan reversibel bila diberi pengobatan tepat waktu.
Merupupakan. Penyakit. Lansia, 50-60% menderita demensia tipe Alzheimer

Penyebab : 75% demensia Alzheimer dan demensia vaskular, sisanya oleh karena penyakit Pick, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, HIV, trauma kepala

Gambaran gangguan awal yg menonjol mulanya hanya pada peristiwa klinis: Gangguan daya ingat yg baru, seterusnya ingatan lama juga akan terganggu. Juga didapati gangguan bahasa dan gangguan orientasi.
Gangguan neurologis: apraksia, agnosia, kejang2, nyeri kepala, pusing sampai pingsan

Yang Dapat paling mengganggu pada keluarga adalah perubahan kepribadian menjadi introvert, waham paranoid yaitu memusuhi keluarga, mudah marah dan meledak-ledak, juga dapat dijumpai halusinasi.
tertawa atau menangis patologis.Gangguan mental lain : depresi, cemas, gangguan afek
Terapi simptomatis.

C. Gangguan Amnestik

Ditandai dengan Gangguan tunggal: Gangguan daya ingat yg menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Paling sering ditemukan pada Gangguan penggunaan alkohol dan Cedera kepala

Gangguan daya ingat ditandai dengan gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (Amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan sebelumnya (Amnesia retrograd). Daya ingat jangka pendek (short term memory), daya ingat segera (recent memory) biasanya terganggu juga.
Onset dapat tiba2 atau bertahap.
Gangguan dapat sementara atau menetap

Pemulihan yg lengkap bisa terjadi pada Epilepsi lobus temporalis, ECT, penggunaan obat tertentu seperti benzodiazepin dan barbiturat.
Terapi simptomatis.

http://askep-benny.blogspot.com/2010/02/gangguan-mental-organik.html

Makerspace Library

Model Perpustakaan Makerspace menjadi salah satu solusi perkembangan perpustakaan dan teknologi informasi saat ini. Hal ini merupakan penawa...